Lisa Mariana Balas Body Shaming Netizen: "Si Gemoy Siap Gemparkan Dunia!"

Lisa Mariana Balas Body Shaming Netizen

Di tengah ramainya komentar pedas yang menyerang bentuk tubuhnya, Lisa Mariana memilih jalan yang elegan untuk merespons. Alih-alih terpancing emosi dan balik menyerang, Lisa justru memberikan jawaban yang santai namun penuh semangat. Reaksi positif ini tentu saja menuai pujian dari banyak pihak yang kagum dengan ketenangannya menghadapi body shaming.

Respons Santai Lisa Mariana di Instagram Story

Lisa Mariana tidak tinggal diam melihat dirinya menjadi sasaran body shaming. Ia menggunakan platform media sosialnya, Instagram Story, untuk memberikan tanggapan. Dengan gaya bahasa yang khas, Lisa menjelaskan bahwa perubahan bentuk tubuhnya adalah hal yang wajar karena ia baru saja melahirkan anak keduanya.

Alih-alih merasa terpuruk atau malu, Lisa justru menjadikan komentar-komentar negatif tersebut sebagai motivasi. Ia bahkan menyatakan bahwa dirinya semakin bersemangat untuk melakukan diet dan kembali ke bentuk tubuh idealnya. Semangat positif ini jelas terlihat dari kata-katanya yang penuh percaya diri.

“Biarin deh sekarang gemuk di body shaming kan pasca melahirkan anak kedua juga,” tulis Lisa dalam Instagram Story-nya. “Nanti kita gemparkan lagi dunia ini yaaaaa dorrrr! Thankyou lho neti jadi makin semangat diet nya….” Ungkapan ini menunjukkan bahwa Lisa tidak hanya menerima kondisi tubuhnya saat ini, tetapi juga memiliki tekad kuat untuk kembali tampil memukau.

Awal Mula Body Shaming yang Diterima Lisa

Komentar-komentar body shaming ini muncul setelah banyak netizen mengkritik penampilan terbaru Lisa. Publik mengenal Lisa sebagai seorang model majalah dewasa yang selalu tampil langsing dan ideal. Namun, setelah melahirkan anak kedua, bentuk tubuh Lisa mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Perubahan inilah yang kemudian menjadi sorotan dan bahan perbincangan di media sosial. Beberapa netizen bahkan pangling melihat penampilan Lisa yang berbeda dari sebelumnya. Sayangnya, respons yang diberikan tidak selalu positif. Alih-alih memberikan dukungan atau pengertian, banyak warganet justru melontarkan komentar-komentar yang menyakitkan.

Ragam Komentar Pedas Netizen

Berbagai macam komentar pedas dilayangkan kepada Lisa. Beberapa netizen bahkan tidak segan menggunakan julukan “Lisa Gemoy” sebagai bentuk body shaming. Ironisnya, julukan yang mungkin awalnya terdengar lucu ini justru digunakan untuk merendahkan dan mengejek Lisa.

Tidak hanya julukan, beberapa komentar juga sangat menyakitkan dan tidak pantas. Berikut beberapa contoh komentar pedas yang diterima Lisa:

  • “Di michat sekarang nama akun nya “Lisa Gemoy”” (Komentar ini merendahkan Lisa dengan mengaitkannya dengan aplikasi kencan online dan menggunakan julukan body shaming)
  • “Ga boleh body shamming sebenernya, cuma karena ini ani2 agak gatau diri… Bolehlah.” (Komentar ini menunjukkan kebencian dan justifikasi untuk melakukan body shaming karena stereotip negatif terhadap profesi Lisa di masa lalu)
  • “Pantesan nuntut “hak” ternyata uangnya mau dipake utk kecilin badan bomber nya.” (Komentar ini mengaitkan masalah pribadi Lisa dengan isu lain dan merendahkan bentuk tubuhnya)
  • “pantesan RK nya kaburrr wkwkwk. maaf ka kamu pemecah rekor. rekor ani-ani terdugong. gede banget kamu ka.” (Komentar ini sangat kasar, menghina, dan menggunakan julukan binatang untuk merendahkan Lisa, serta mengaitkannya dengan isu pribadi lain)
  • “Lisa butuh duit buat sedot lemak.” (Komentar ini menyiratkan bahwa Lisa hanya peduli pada penampilan fisik dan membutuhkan operasi sedot lemak)

Komentar-komentar ini jelas menunjukkan betapa kejamnya body shaming di media sosial. Lisa, sebagai seorang publik figur, menjadi sasaran empuk bagi komentar-komentar negatif yang tidak bertanggung jawab.

Dampak Body Shaming dan Pentingnya Dukungan

Body shaming bukan hanya sekadar komentar iseng atau candaan. Perilaku ini dapat memiliki dampak yang sangat serius bagi kesehatan mental dan emosional seseorang. Korban body shaming dapat mengalami berbagai masalah, seperti:

Baca Juga: loading
  • Menurunnya rasa percaya diri: Komentar negatif tentang bentuk tubuh dapat membuat seseorang merasa malu dan tidak percaya diri dengan penampilannya.
  • Gangguan kecemasan dan depresi: Body shaming dapat memicu perasaan cemas, sedih, dan bahkan depresi.
  • Gangguan makan: Dalam kasus yang parah, body shaming dapat memicu gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia karena korban merasa tertekan untuk mencapai standar tubuh ideal yang tidak realistis.
  • Isolasi sosial: Korban body shaming mungkin cenderung menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa malu dan takut dihakimi.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menyadari dampak negatif body shaming dan berhenti melakukannya. Sebaliknya, kita harus saling mendukung dan memberikan semangat positif, terutama kepada mereka yang sedang mengalami perubahan hidup seperti Lisa Mariana setelah melahirkan.

Lisa Mariana dan Isu dengan Ridwan Kamil

Sebelum kasus body shaming ini mencuat, nama Lisa Mariana juga sempat menjadi perbincangan hangat di publik terkait pengakuannya memiliki anak dari Ridwan Kamil (RK). Isu ini tentu saja menambah sorotan terhadap Lisa dan membuatnya semakin menjadi pusat perhatian.

Dalam kasus tersebut, Lisa dan Ridwan Kamil bahkan dikabarkan siap melakukan tes DNA untuk mengungkap kebenaran. Hal ini menunjukkan keseriusan Lisa dalam menanggapi isu yang beredar dan mencari penyelesaian yang jelas. Terlepas dari isu tersebut, body shaming yang dialami Lisa tetaplah tidak dapat dibenarkan. Kedua isu ini sebenarnya terpisah dan body shaming seharusnya tidak dikaitkan dengan masalah pribadi Lisa dengan pihak manapun.

Mengambil Hikmah dari Kasus Lisa Mariana

Kasus body shaming yang dialami Lisa Mariana memberikan kita beberapa pelajaran penting:

  1. Kekuatan Respons Positif: Lisa menunjukkan bahwa respons yang tenang dan positif dapat menjadi senjata ampuh dalam menghadapi body shaming. Alih-alih terpancing emosi, Lisa memilih untuk menjawab dengan motivasi dan kepercayaan diri.
  2. Pentingnya Self-Love: Lisa menerima kondisi tubuhnya setelah melahirkan dan fokus pada tujuan positif untuk kembali sehat. Ini adalah contoh self-love yang patut ditiru. Mencintai diri sendiri apa adanya adalah kunci untuk menghadapi komentar negatif dari luar.
  3. Berhenti Melakukan Body Shaming: Kasus Lisa menjadi pengingat bagi kita semua untuk berhenti melakukan body shaming. Komentar yang kita anggap iseng atau candaan bisa sangat menyakitkan bagi orang lain. Mari kita lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan saling menghargai perbedaan bentuk tubuh.
  4. Dukungan Sosial Sangat Berarti: Lisa mungkin akan lebih mudah menghadapi body shaming jika mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Dukungan sosial sangat penting bagi korban body shaming untuk memulihkan rasa percaya diri dan kesehatan mental mereka.

Mari Lebih Bijak di Media Sosial

Media sosial seharusnya menjadi tempat yang positif dan suportif. Namun, kenyataannya, media sosial seringkali menjadi ajang body shaming dan perundungan online. Kita sebagai pengguna media sosial memiliki peran penting untuk menciptakan lingkungan online yang lebih sehat dan positif.

Berikut beberapa tips untuk menjadi pengguna media sosial yang lebih bijak:

  • Pikirkan sebelum berkomentar: Sebelum menulis komentar, pikirkan dampaknya bagi orang lain. Apakah komentar tersebut akan menyakiti atau merendahkan orang lain?
  • Fokus pada hal positif: Sebarkan konten-konten positif dan inspiratif. Hindari menyebarkan berita negatif atau komentar-komentar yang memicu perpecahan.
  • Laporkan konten negatif: Jika Anda melihat konten body shaming atau perundungan online, jangan ragu untuk melaporkannya kepada pihak platform media sosial.
  • Dukung korban body shaming: Jika Anda melihat seseorang menjadi korban body shaming, berikan dukungan dan semangat positif. Tunjukkan bahwa Anda peduli dan tidak setuju dengan perilaku body shaming.
  • Jadilah contoh yang baik: Mulailah dari diri sendiri untuk menjadi pengguna media sosial yang bijak dan bertanggung jawab.

Dengan bersama-sama menciptakan lingkungan media sosial yang lebih positif, kita dapat mencegah dampak buruk body shaming dan perundungan online. Kasus Lisa Mariana adalah momentum yang tepat untuk kita semua merenungkan kembali perilaku kita di media sosial dan berkomitmen untuk menjadi lebih baik.


Bagaimana pendapatmu tentang respons Lisa Mariana terhadap body shaming? Apakah kamu pernah mengalami atau melihat kasus body shaming di media sosial? Yuk, berbagi pengalaman dan pendapatmu di kolom komentar!

Posting Komentar